Jakarta – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) baru-baru ini mengumumkan penemuan mobil milik buronan Harun Masiku yang telah terparkir bertahun-tahun di salah satu gedung di Jakarta. Meski demikian, Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI), Boyamin Saiman, menganggap penemuan tersebut adalah isu lama yang seolah-olah diangkat kembali untuk menunjukkan kinerja KPK yang kurang optimal dalam upaya pengejaran Harun Masiku.
Menurut Boyamin, mobil yang ditemukan di area parkiran apartemen Harun sudah lama diketahui keberadaannya. Hal ini membuat publik meragukan keseriusan KPK dalam menangani kasus yang telah mencuri perhatian sejak 2020 tersebut.
“Ini isu lama. Apartemennya Harun memang di situ, mobilnya pun memang di situ. KPK seakan-akan membuatnya seperti temuan baru untuk menutupi ketidakseriusan mereka dalam menangkap Harun Masiku,” ujar Boyamin pada Jumat (13/9/2024). Ia juga menambahkan bahwa publik sudah lama mengetahui lokasi mobil tersebut, dan seharusnya yang lebih penting adalah upaya nyata dalam menangkap Harun.
Lebih lanjut, Boyamin menilai pengumuman ini sebagai upaya KPK untuk menunjukkan bahwa mereka masih bekerja, padahal menurutnya tidak ada perkembangan berarti terkait penangkapan buronan tersebut. KPK dinilai hanya “memproduksi berita” agar terlihat aktif.
“Ini hanya seolah-olah kerja, padahal sudah membosankan. KPK sekarang ini terlihat sangat menjengkelkan. Penemuan mobil dijadikan berita besar, padahal ini bukan hal baru,” ujar Boyamin.
Selain itu, Boyamin juga menyoroti berbagai janji yang dilontarkan KPK sebelumnya, termasuk pernyataan bahwa Harun akan segera ditangkap. Namun hingga kini, buronan tersebut belum juga ditemukan. “Mereka dulu janji akan menangkap Harun dalam waktu seminggu, tapi buktinya mana? Ini hanya omong kosong. Kalau memang tidak mampu menangkap, jangan buat pernyataan yang mengundang tawa publik,” tambahnya.
Penemuan mobil yang dianggap sebagai “kemajuan” oleh KPK justru menjadi bahan kritikan keras. Boyamin menekankan bahwa sekelas KPK tidak seharusnya merasa puas hanya dengan menemukan mobil. Menurutnya, fokus utama harus tetap pada upaya menangkap Harun Masiku.
Ketua Sementara KPK, Nawawi Pomolango, sebelumnya menyampaikan bahwa mobil milik Harun telah ditemukan setelah bertahun-tahun terparkir. Nawawi juga menegaskan bahwa KPK terus bekerja keras untuk menemukan Harun, bahkan dengan memasukkan kembali penyidik Rossa Purbo Bekti ke dalam tim yang bertugas menangani kasus ini. Namun, langkah ini tetap belum mampu menenangkan kritik yang dilayangkan oleh berbagai pihak, termasuk MAKI.
Kritik tajam dari Boyamin dan MAKI memperkuat anggapan bahwa KPK perlu menunjukkan bukti nyata dalam menangani kasus Harun Masiku. Penemuan mobil, meskipun mungkin merupakan bagian dari proses penyelidikan, tetap tidak cukup untuk memulihkan kepercayaan publik.
Kasus Harun Masiku telah menjadi sorotan sejak 2020, ketika ia dinyatakan buron atas dugaan suap terkait pemilihan anggota DPR RI. Hingga kini, berbagai spekulasi dan kabar burung mengenai keberadaan Harun terus muncul, namun belum ada langkah konkret yang dapat menunjukkan hasil dari pengejaran tersebut.
Sebagai lembaga anti-korupsi, KPK diharapkan untuk lebih serius dalam menangani kasus ini. Kritik yang datang dari berbagai pihak, termasuk Boyamin dan MAKI, mencerminkan kekecewaan publik terhadap lambatnya proses penangkapan Harun Masiku. Terlebih lagi, janji-janji KPK yang belum terpenuhi semakin memperburuk citra lembaga tersebut di mata masyarakat.
Dengan penemuan mobil yang tidak diikuti oleh penangkapan buron, publik mungkin masih harus menunggu lebih lama untuk melihat bagaimana akhir dari kasus Harun Masiku ini. Sementara itu, KPK perlu membuktikan bahwa mereka mampu menangani kasus ini dengan profesionalisme dan keseriusan, bukan hanya dengan pengumuman yang dinilai sebagai “produksi berita.”