Jakarta – Sebuah kisah memilukan dari karyawan perusahaan animasi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, mendadak viral di media sosial. Cerita tersebut mengungkapkan penderitaan yang dialami pekerja di perusahaan berinisial BS, yang disebut-sebut melakukan praktik kekerasan dan eksploitasi terhadap karyawan mereka. Kasus ini telah menyita perhatian publik, dengan tudingan kekerasan fisik, verbal, hingga eksploitasi tenaga kerja yang melibatkan pemilik perusahaan.

Berawal dari sebuah unggahan di media sosial, salah satu karyawan perusahaan animasi tersebut menceritakan bagaimana dirinya dan rekan-rekan lainnya diperlakukan secara tidak manusiawi. Karyawan yang tidak disebutkan namanya itu mengisahkan bahwa mereka kerap menerima kekerasan fisik dan verbal dari atasan. Salah satu pengalaman tragis yang dibagikan adalah ketika seorang pekerja yang tengah hamil mengalami keguguran akibat tekanan kerja yang berat. Bukannya mendapatkan simpati, pekerja tersebut justru dimarahi karena tidak masuk kerja setelah mengalami musibah tersebut.

Lebih lanjut, dalam cerita yang diunggah, disebutkan pula bahwa karyawan-karyawan ini seringkali dipaksa bekerja hingga larut malam, bahkan hingga dini hari. Beberapa dari mereka dikisahkan pulang pada pukul 04.00 WIB, setelah dipaksa menyelesaikan pekerjaan dalam kondisi kelelahan.

Kekerasan Fisik dan Hukuman Tidak Manusiawi

Selain kekerasan verbal, para karyawan juga harus menghadapi hukuman fisik yang mengerikan. Dalam sebuah narasi yang menjadi viral, salah satu korban mengaku dipaksa oleh pemilik perusahaan untuk naik-turun tangga sebanyak 45 kali di malam hari sebagai bentuk hukuman. Tidak hanya itu, karyawan tersebut juga disuruh menampar wajahnya sendiri hingga mencapai 100 kali.

Perlakuan kejam ini telah berlangsung cukup lama. Bahkan, menurut keterangan yang beredar, meskipun nama perusahaan berganti, kepemimpinan di perusahaan tersebut masih dipegang oleh orang yang sama. Pemilik perusahaan yang diketahui seorang warga negara asing, disebut-sebut sebagai dalang di balik kekejaman tersebut.

Polisi Menindaklanjuti Laporan

Kasus kekerasan dan eksploitasi ini akhirnya menarik perhatian pihak kepolisian setelah kisah tersebut viral di berbagai platform media sosial. Polres Metro Jakarta Pusat bergerak cepat untuk menindaklanjuti laporan ini dan melakukan pengecekan langsung ke lokasi perusahaan di Menteng, Jakarta Pusat.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat, AKBP Muhammad Firdaus, mengungkapkan bahwa perusahaan animasi berinisial BS ini sudah beroperasi sejak 2019 dan memiliki sekitar 80 karyawan. Dari hasil pemeriksaan sementara yang dilakukan polisi, perusahaan tersebut bergerak di bidang industri game dan animasi, dengan pemilik yang diketahui merupakan warga negara asing keturunan Tionghoa.

Lebih lanjut, Firdaus mengatakan bahwa jam kerja karyawan di perusahaan ini sangat tidak teratur. Dari keterangan saksi, karyawan seringkali pulang pada pukul 04.00 WIB setelah bekerja selama berjam-jam. “Jam kerja karyawan tidak menentu, paling cepat pukul 18.00 WIB dan paling lama pukul 04.00 WIB,” ujarnya saat dihubungi, Sabtu (14/9/2024).

Saat polisi mendatangi lokasi perusahaan, kantor tersebut sudah kosong dan tidak lagi beroperasi sejak Juli 2024. Berdasarkan keterangan dari saksi di sekitar lokasi, kantor BS telah ditutup dan para penghuni terakhirnya, yang terdiri dari dua pria dan satu wanita berusia setengah baya, meninggalkan gedung tersebut pada bulan yang sama.

Nasib Karyawan yang Terlantar

Polisi kini masih mencari keberadaan karyawan yang diduga menjadi korban dari kekerasan dan eksploitasi di perusahaan BS. Pihak berwajib meminta agar para korban segera melapor agar kasus ini dapat diproses lebih lanjut secara hukum. AKBP Muhammad Firdaus menyatakan bahwa pihaknya siap menindaklanjuti laporan dari karyawan yang menjadi korban, dan saat ini terus melakukan investigasi terkait dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh pemilik perusahaan.

“Kami mengimbau kepada karyawan atau pihak-pihak yang merasa menjadi korban untuk segera melapor, sehingga kami bisa melakukan penyelidikan lebih mendalam dan mengambil tindakan sesuai dengan hukum yang berlaku,” ujarnya.

Tanggapan Publik dan Upaya Mencari Keadilan

Kisah nestapa yang menimpa karyawan perusahaan animasi ini telah memicu reaksi keras dari berbagai kalangan. Publik mengecam keras tindakan kekerasan dan eksploitasi yang dilakukan oleh pemilik perusahaan. Tidak sedikit yang menuntut agar pihak berwenang segera menangkap dan mengadili pelaku kekerasan yang diduga telah menindas karyawan-karyawannya selama bertahun-tahun.

Kisah ini juga menjadi cerminan betapa perlunya perlindungan lebih bagi para pekerja, terutama di industri yang seringkali menuntut kreativitas dan waktu kerja yang panjang, seperti industri animasi dan game. Kasus ini diharapkan dapat membuka mata banyak pihak mengenai pentingnya kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja di berbagai sektor.

Meskipun kantor BS kini sudah kosong, harapan akan keadilan bagi para korban kekerasan dan eksploitasi di perusahaan tersebut terus menggema. Publik berharap, dengan adanya perhatian serius dari pihak kepolisian, para pelaku akan segera ditangkap dan dihukum setimpal dengan perbuatannya.

Kisah tragis ini menjadi pengingat bahwa hak-hak pekerja harus dilindungi dan dijaga, tidak peduli di sektor apa mereka bekerja. Para karyawan BS yang pernah merasakan pahitnya eksploitasi di tempat kerja kini menunggu hadirnya keadilan, sementara penyelidikan kasus ini masih terus bergulir.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *